Bagaimana Cara Mencari Arsitek
Bagi sebagian besar orang, membangun rumah adalah investasi terbesar yang pernah mereka lakukan. Mereka akan tidur, makan, mandi, membesarkan anak-anak, bekerja, dan melakukan segala aktivitas sehari-hari lainnya selama beberapa tahun, bahkan mungkin seumur hidup. Oleh karenanya, tentu orang ingin agar rumah tersebut dirancang dengan sangat baik sesuai dengan budget yang mereka miliki.
Meskipun setiap orang dapat membayangkan rumah seperti apa yang mereka inginkan, tidak setiap orang memiliki kemampuan teknis untuk mewujudnyatakan rumah impian mereka tersebut. Untuk itulah ada profesi yang bernama arsitek. Calon-calon arsitek dididik sejak awal mereka masuk kuliah arsitektur untuk merancang rumah hunian (dan bangunan lainnya) yang nyaman bagi penghuninya. Oleh karena itu, sangatlah bijaksana bila pemilik rumah menggunakan jasa seorang arsitek untuk mewujudnyatakan rumah impian mereka dengan baik (dalam hal kualitas, estetika, dan keamanan struktural).
Baca juga: Mengapa Kita Perlu Arsitek
Namun, yang menjadi masalah adalah, cukup sulit bagi orang awam untuk mencari seorang arsitek, apalagi arsitek yang benar-benar handal dan cocok dengan kepribadian kita. Bila kita hendak mencari dokter, kita bisa dengan mudah ke rumah sakit, atau ke tempat-tempat praktik dokter yang biasanya memasang papan nama dan jadwal praktik di depan ruko/rumahnya. Bila kita ingin mencari pengacara, kita juga dengan mudah dapat menemukan papan nama (seringkali berukuran besar) yang dipasang di pinggir-pinggir jalan. Akan tetapi, hampir tidak pernah kita menemukan kantor arsitek memasang papan nama kantor mereka secara mencolok sehingga dapat kita temukan ketika melewati jalan tertentu. Lalu, bagaimana caranya kita mencari arsitek? Berikut ini adalah beberapa cara untuk menemukan arsitek lengkap dengan ulasan kelebihan dan kekurangannya.
1. Koneksi
Koneksi adalah cara yang paling umum digunakan saat orang ingin mencari arsitek. Bila kita cukup beruntung, mungkin kita sendiri mengenal beberapa teman atau saudara yang berprofesi sebagai arsitek sehingga bisa langsung menghubungi mereka ketika kita ingin mendesain rumah. Oleh karena sudah kenal cukup lama, tentunya akan sangat mudah bagi kita untuk berkomunikasi dengan mereka, menceritakan ide-ide dan mimpi-mimpi kita mengenai rumah yang ingin kita bangun. Selain itu, kita juga telah cukup lama mengenal pribadi dan karakter arsitek itu sehingga kita bisa lebih mudah mengira-ngira seperti apa cara kerjanya dan bagaimana selera desainnya. Keuntungan lainnya adalah kita bisa menego harga dengan cukup leluasa. Tidak jarang arsitek rela memberikan ‘harga teman’ bagi teman-teman yang telah dikenalnya cukup akrab.Rumah yang didesain oleh arsitek Ari Widio Prihananto untuk seorang kawan lama
Akan tetapi, cara ini bukan tanpa kelemahan. Masalah akan timbul bila ternyata selera desain ‘teman’ kita ini berbeda sekali dengan kita sehingga definisi rumah yang baik menurut dia tidak cocok dengan yang kita bayangkan. Apabila kita sudah mencoba mengkomunikasikan keinginan-keinginan kepada si arsitek, namun dia tetap tidak menangkap dan draft-draft desain yang dibuat tidak ada yang sesuai dengan yang kita inginkan, solusinya adalah membatalkan kontrak dan mencari arsitek lain. Namun, hal ini akan sulit dilakukan bila arsitek tersebut adalah teman baik atau saudara kita karena adanya rasa sungkan dan tidak enakan dalam budaya Timur kita yang kental. Demikian pula, ‘harga teman’ juga belum tentu 100% positif. Bisa saja si arsitek tadi setuju memberi kita ‘harga teman’ karena sungkan dengan kita. Akan tetapi, karena dia sebetulnya merasa harga tersebut kemurahan, akhirnya dia mengurangi servisnya, misalnya mendesain sekedarnya saja, mengurangi jumlah gambar yang harusnya diberikan, sukar dihubungi, dll. karena dia lebih memilih memfokuskan diri pada klien lain yang berani membayar lebih mahal.
2. Referensi
Cara referensi adalah cara lain yang paling sering digunakan untuk mencari arsitek. Biasanya kita akan bertanya ke teman atau saudara kita, “Eh, kamu punya kenalan arsitek, nggak?” Mungkin beberapa teman kita akan mengenalkan dengan arsitek yang berkoneksi dengannya, atau bahkan pernah dipekerjakannya untuk membangun rumah atau kantornya.
Headquarter office project karya Monokroma Architect yang didapatkan dari referensi
Keuntungan dari cara ini adalah kita bisa mendapatkan info yang cukup banyak mengenai arsitek tersebut dari teman / saudara kita, terlebih yang pernah menggunakan jasanya. Kita dapat menyambangi rumah / kantor / restoran milik teman kita yang didesain oleh arsitek tersebut untuk melihat langsung bagaimana hasil karyanya. Kita dapat juga mendengar langsung dari teman kita mengenai karakternya, apakah arsitek tersebut enak diajak bicara, bagaimana etos kerjanya, apa saja keahliannya, sampai berapa besar fee desainnya.
Namun, kelemahan dari cara ini adalah belum tentu arsitek tersebut cocok dengan yang kita inginkan. Biasanya referensi ini akan memberikan kita satu, dua, atau tiga pilihan saja yang bisa jadi semuanya tidak cocok dengan kita dalam satu atau dua aspek. Bisa saja arsitek A cocok dari segi desainnya, tetapi tidak cocok harganya; atau arsitek B cocok harga dan desainnya, tetapi karakternya kita kurang suka; dan berbagai ketidakcocokan lainnya. Oleh karena itu, bila kita belum beruntung dengan menggunakan cara ini, kita bisa mencoba cara lainnya.
3. Mencari di Majalah Desain
Saat ini telah banyak majalah desain yang terbit dalam bahasa Indonesia. Biasanya majalah-majalah tersebut akan meliput beberapa proyek arsitektur dan interior yang sedang hits di tanah air, seperti misalnya restoran kekinian yang sering muncul di Instagram, atau rumah selebriti yang sedang naik daun, atau gedung kampus baru yang menggunakan teknologi arsitektur yang ramah lingkungan. Di dalam artikel tersebut, biasanya akan ada rincian data proyek yang memuat nama arsitek, desainer interior, dan juga kontraktornya. Bahkan ada artikel yang secara khusus membahas mengenai pribadi seorang arsitek / desainer interior kenamaan (starchitect) atau yang sedang naik daun (rising star). Dari situ, kita bisa bertanya kepada ‘om Google’ untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai karya-karya mereka. Kebanyakan arsitek mempunyai website atau akun Facebook untuk menampilkan portofolio karya mereka dan e-mail atau nomor telepon untuk dihubungi.
Majalah Style & Decor meliput restoran Bottega Ristorante karya Einstein & Associates (Sumber: facebook.com/leo.fransiscus)
Akan tetapi, tentu saja cara ini juga memiliki kekurangan. Pertama, belum tentu arsitek / desainer interior itu memiliki website atau akun Facebook yang memuat e-mail atau nomor teleponnya. Kedua, bilapun punya, belum tentu mereka bisa / mau untuk dihubungi langsung oleh orang yang sama sekali belum mereka kenal, apalagi bila arsitek / desainer itu tergolong seorang ‘starchitect’ yang super sibuk dengan segudang proyek yang mengantri untuk didesain. Mungkin mereka kurang tertarik bila kita hanya ingin mendesain sebuah rumah sederhana apalagi dengan budget terbatas.
4. Website direktori arsitek
Salah satu cara lain untuk mencari asitek saat ini adalah menggunakan website direktori arsitek semacam arsitag.com. Di website ini, kita akan dapat melihat berbagai macam karya arsitek dari seluruh Indonesia dan juga luar negeri. Dengan begitu, kita disajikan berbagai macam pilihan arsitek dengan ciri khas karyanya masing-masing. Kita jadi bisa bebas memilih karya mana yang paling cocok dengan yang kita bayangkan sehingga kita tahu bahwa arsitek yang kita hubungi pasti bisa mewujudkan rumah impian kita karena dia pernah membuat bangunan yang semacam itu sebelumnya.
Tampilan home page arsitag.com
Namun, tentu saja bukan berarti cara ini tanpa kelemahan sama sekali. Pertama, sebanyak-banyaknya karya, terkadang impian kita begitu unik sehingga tetap saja kita tidak menemukan karya yang benar-benar pas dengan yang kita inginkan. Solusinya adalah, kita bisa mencari karya yang mungkin tidak sama persis, tetapi mendekati dengan yang kita inginkan. Selebihnya, kita bisa ceritakan kepada arsiteknya sebenarnya impian kita itu seperti apa. Setiap rumah pasti tidak mungkin sama persis. Kalau seorang arsitek pernah membuat karya yang mirip, kemungkinan besar dia bisa juga membuat apa yang kita inginkan. Solusi lainnya adalah kita bisa bersabar dan terus rutin mengunjungi website tersebut untuk melihat karya-karya baru yang ditayangkan setiap harinya. Website semacam ini biasanya menerima puluhan karya setiap harinya. Bila hari ini kita belum menemukan karya yang cocok, mungkin besok sudah ada karya baru yang sesuai dengan yang kita cari.
Kelemahan yang kedua, di website ini kita hanya bisa mengenali arsiteknya dari karyanya. Kita tidak mendapatkan informasi mengenai karakternya, cara kerjanya, atau juga fee desainnya. Akan tetapi, masalah ini akan terjawab apabila kita telah berjumpa langsung dengan arsiteknya. Dengan banyaknya pilihan arsitek yang ada, kita dapat mengatur pertemuan dengan beberapa arsitek sekaligus. Dengan begitu, kita bisa menjajaki dengan lebih seksama mana arsitek yang betul-betul cocok dengan kita.
Profil arsitek Andra Matin di arsitag.com
Satu kelebihan lainnya adalah website seperti arsitag.com juga dilengkapi fitur yang memungkinkan kita sebagai pemilik rumah untuk menampilkan informasi proyek rumah seperti apa yang hendak dibangun, lengkap dengan spesifikasi luas lahan, kebutuhan ruang, gaya arsitektur yang kita suka, dan juga budget yang kita miliki. Dengan demikian, para arsitek tersebut dapat melihat apakah proyek kita ini sesuai dengan minat dan kemampuan mereka atau tidak. Bila sesuai, maka mereka akan menyatakan berminat untuk mengerjakan proyek kita. Kita bisa mendapatkan bahkan lebih dari 10 arsitek peminat yang bisa kita temui dan pilih nantinya sesuai dengan kriteria terbaik yang telah kita tentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar